Jakarta (ANTARA) – Data terbaru di Amerika Serikat menunjukkan penjualan mobil listrik baru turun secara tahunan, namun, mobil listrik bekas justru semakin diminati.
Data dari Cox Automotive, seperti dilaporkan laman Carscopps, Sabtu, menunjukkan penjualan mobil listrik di AS turun 10,7 persen dari tahun ke tahun, meskipun penjualan April-Mei tahun ini tergolong naik. Penjualan pada April-Mei naik dipicu harga menjadi murah dengan penurunan rata-rata 2,3 persen menjadi 7.734 dolar AS atau sekitar Rp947,5 juta.
AS juga mengalami kenaikan insentif untuk mobil listrik, dengan rerata kenaikan 19,4 persen atau sekitar 8.226 dolar AS.
Baca juga: Xiaomi investasi Rp1,4 triliun untuk pabrik mobil listrik baru
Sebaliknya, penjualan mobil listrik bekas justru naik, 1,1 persen dari bulan ke bulan dan 32,1 persen dari tahun ke tahun.
Rerata harga jual mobil listrik bekas juga naik, yaitu sebesar 0,9 persen pada April-Mei dan 2,6 persen secara tahunan. Rata-rata harga transaksi mobil listrik bekas adalah 36.053 dolar AS (Rp591,6 juta).
Menurut Cox Automotive, hampir setengah (49,6) dari mobil listrik bekas adalah Tesla. Data juga menunjukkan kesenjangan harga mobil listrik bekas dengan yang tradisional mengecil, yaitu di bawah 2.000 dolar AS.
Pasokan mobil listrik bekas di AS jauh lebih sedikit dibandingkan yang baru. Pada Mei, data menunjukkan diler biasanya memiliki pasokan mobil listrik bekas setidaknya selama 40 hari atau 11 persen lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara, diler biasanya memiliki pasokan mobil listrik baru selama 111 hari.
Cox Automotive melihat faktor harga masih menjadi pertimbangan utama bagi konsumen mobil listrik.
Baca juga: Xpeng G6 meluncur di Indonesia dijual mulai Rp599 juta
Baca juga: VinFast tawarkan SUV listrik VF 6 untuk dukung mobilitas di kota besar
Baca juga: Konsumen mobil listrik kini lebih “picky”, tak hanya persoalkan harga
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025